Wednesday, February 7, 2018

HIDUP DAMAI WALAU BERKEKURANGAN



Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang aktif aku ikuti selama beberapa hari mengadakan kegiatan di desa Serut, kecamatan Gedang Sari, Gunung Kidul, Yogyakarta, tepatnya di
pedukuhan Dawung. Kegiatan yang telah selesai 5 Februari kemarin masih meninggalkan  bekas yang mendalam. Secara khusus yang mau saya bagikan dalam tulisan ini, yaitu pelajaran pelajaran yang penting dalam hidup ini. Jadi kegiatan yang kami lakukan adalah kegiatan Live in, dimana kami, para peserta kegiatan ini akan tinggal di rumah rumah warga selama beberapa hari. Kami akan memiliki keluarga asuh, dan tinggal bersama mereka, merasakan kehidupan mereka.
Jujur saja awalnya aku sedikit cemas. Aku sudah sering mengikuti kegiatan seperti ini di tempatku. Namun di Jawa, ini adalah pengalaman pertamaku. Ketakutan berlebihku bukan tanpa alasan. Aku pernah mengalami yang namanya penolakan secara berkali kali ketika aku mencari kost kostan. Aku tidak begitu tahu kesalahan seperti apa yang telah dilakukan oleh orang orang dari daerahku, yang terlebih dahulu datang ke Jogja, namun ini terasa cukup tak adil, ketika aku, atau mungkin siapa saja yang datang setelah mereka, ikut diperlakukan buruk.  Dan aku takut penolakan yang sama akan aku terima lagi di tempat ini.
Namun beruntung, hal tersebut tidak terjadi. Semua penduduk menerima kami dengan tangan terbuka. Aku dititipkan kepada sepasang suami istri yang sangat bersahaja. Aku tak tahu pasti berapa umur mereka. Sepertinya dikisaran 50-an tahun. Bapakku hanyalah seorang Petani (rata rata mata pencaharian penduduk di sini adalah bertani dan berternak) dan Mamaku seorang Ibu Rumah Tangga. Mereka memiliki 2 orang anak perempuan yang kini sudah berkeluarga, sehingga tidak tinggal lagi bersama mereka. Kehadiranku membuat mereka kembali mengenang masa masa mereka tinggal bersama anak anak mereka. Itulah yang menyebabkan aku diperlakukan seperti Raja. Itu tak begitu penting. Yang terpenting adalah pelajaran yang mereka berikan kepadaku.

Pelajaran Hidup

Beberapa hari di tempat ini memberikan aku banyak sekali pelajaran untuk hidup.
Tempat ini sangat susah sinyal. Namun itulah yang membuat hubungan keluarga keluarga disini tak pernah maya. Semuanya terjadi begitu nyata. Saya ingat sekali kata Mama saya, ”Kalau perlu dengan tetangga, tinggal datang saja ke rumahnya. Masa yang jaraknya hanya beberapa langkah saja harus pakai Hand Phone. Lalu gunanya kaki yang udah Tuhan berikan itu apa?“ Memang terdengar terdengar sedikit konvensional, tetapi sangat filosofis. Pelajarannya adalah teknologi haruslah membuat semua yang jauh menjadi dekat. Namun bukan berarti semua yang dekat kita bikin seolah olah jauh.
Aku tak aktif di sosial media selama di sini, dan itu memberi manfaat tersendiri untukku. Ada rasa lega, dan damai, karena selama beberapa hari aku tidak membaca ujaran ujaran kebencian, postingan postingan yang memecah bela, dan HOAX yang makin tak terbendung. Lalu aku sadar, sosial media semakin hari semakin tak aman untuk banyak orang.
Salah satu dampak dari hal hal tersebut adalah ketika banyak orang mulai membeda bedakan satu sama lain. Tindakan rasis mulai bermunculan lagi, terlebih atas dasar Agama. Ini sangat berbahaya Untuk NKRI ini. Tinggal di Desa ini membuat saya merasa kecil sekali. Mereka yang tinggal di sini rata rata hanya Petani, dan Peternak. Walau pendidikan mereka rendah, mereka tahu bahwa membeda bedakan satu sama lain adalah tindakan yang salah. Apalagi karena Agama. Para penduduk di sini tak pernah sekalipun bermasalah atau mempermasalahkan keyakinan. Setidaknya itulah yang Mamaku tahu, sejak dia lahir dan hidup di tempat itu, sampai sekarang.
Rumahku termasuk yang malang, Karena sumur untuk keperluan sehari hari akan kotor ketika musim hujan. Karena itulah selama beberapa hari berada di sini, aku mengkonsumsi air yang sebenarnya tidak layak. Aku dari NTT, daerah yang selama bertahun tahun diberondong stereotype susah air oleh banyak orang. Namun jujur, baru di tanah Jawa, aku menggunakan air yang tak layak pakai. Tempatku tak pernah kekurangan air. Aku selalu mengkonsumsi air bersih di tempat asalku. Aku tak mengeluh. Aku malah bersyukur. Aku punya pengalaman baru. Bukan hanya itu saja, aku diingatkan untuk bersyukur. Setiap saat aku membuang air ketika minum, aku boros air ketika mandi, ada sauda saudaraku di tempat lain, yang tak bisa mendapatkan apa yang aku dapat.




EmoticonEmoticon

Popular all of Time