Friday, February 8, 2019

KOMUNIKASI VISUAL DALAM PEMILIHAN UMUM


    


Pengertian Komunikasi Visual
Komunikasi Visual terdiri dari 2 kata yakni kata Komunikasi dan kata Visual. Kata komunikasi
secara etimologi berasal dari kata bahasa Latin comunis, yang berarti sama. Jika ditelusuri dengan literatur lain, komunikasi berasal dari bahasa inggris comunication (noun) dan comunicate (verb). Keduanya memiliki arti yang sama yakni “membuat sama“ (to make common)[1]. Hal yang mau disamakan tentu saja adalah pemikiran. Sederhananya adalah seperti ini, “Reksa memikirkan dan berbicara tentang Anjing, maka Alvian juga harus mendengar dan membayangkan tentang Anjing.“ Terjadilah persamaan pemikiran. Ada begitu banyak defenisi tentang Komunikasi. Menurut catatan Dance dan Larson dalam Miller, sampai tahun 1976 sudah ada 126 Defini Komunikasi.[2] Salah satu yang paling dikenal yaitu pendapat dari Harold. D. Lasswell yang mendefenisikan komunikasi sebagai “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa, KEPADA siapa, dengan EFEK seperti apa“. Defenisi Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah  pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Kata Visual berasal dari kata Videre (kata bahasa Latin) yang berarti melihat. menurut KBBI arti dari Visual adalah dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan. Ada juga beberapa pendapat tentang arti dari Kata Visual. Menurut Femi Olivia, seorang penulis, Visual merupakan salah satu cara mengorganisasikan pemikiran dan meningkatkan kemampuan berpikir dan komunikasi. Allen D. Bragdon dan David Gamon berpendapat bahwasannya Visual adalah indra yang kompleks dan multisegi. Visual sendiri adalah sebuah aktivitas belajar, dimana aktivitas belajar itu terdiri dari Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar degan berbicara dan mendengar), intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung), dan visual (belajar dengan cara melihat mengamati dan mendengar).
Dari pengertian dua kata diatas, komunikasi Visual dapat diartikan sebagai Pengiriman pesan dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, dengan menggunakan sesuatu yang dapat dapat dilihat, sehingga pesan yang disampaikan dapat tersampaikan. Komunikasi Visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indra penglihatan.
 
Komunikasi Politik dan Kampanye
Ketika kita berbicara mengenai pemilihan umum (Pemilu), sebenarnya kita telah masuk rana Politik. Tapi menurut Lucian Pye, antara komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat yang istimewa, karena berada dalam kawasan (Domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi yang fundamental[3]. “Tanpa Komunikasi, tidak akan ada usaha bersama, dan dengan demikian tidak ada politik“, demikian Lucian Pye merumuskan kaitan komunikasi dan politik. Selain Lucyan, nama ilmuwan politik lain seperti Ithiel de Sola Pool, V.O. Key, dan Gabriel A. Almond. Pool, juga pernah menghubungkan komunikasi dan politik. Melalui bukunya yang berjudul Public Opinion and American Democracy, Key menyatukan disiplin ilmu komunikasi dan politik, sedangkan Almond meletakan dasar konseptual untuk menganalisis fungsi komunikasi dalam tatanan suatu sistem politik. Demikian Komunikasi Politik berkembang hingga kini menjadi suatu displin ilmu yang biasanya diajarkan kepada mahasiswa pascasarjana.
Komunikasi Politik memuat banyak sekali pembahasan, salah satunya komunikasi sebagai senjata kampanye. Political election campaigns are campaigns of communication and that the core of each campaign is communication.[4] Kalimat dari Trent and Friedenberg ini jelas memberi penekanan pada “inti dari kampanye adalah komunikasi“. Dari sudut pandang komunikasi politik, Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak penyebar atau pemberi informasi[5]. Komunikasi dalam bentuk apapun, termasuk komunikasi visual ikut andil dalam memenangkan atau tidak memenangkan seorang pemilih dalam suatu pemilihan umum.
Kampanye merupakan salah satu acara dari serangkaian pergelaran pesta Demokrasi yang sering diadakan 4 tahun sekali di Indonesia. Selama periode waktu tertentu setiap pelaku politik yang mencalonkan diri akan diberikan kebebasan untuk mempromosikan diri mereka demi memenangkan hati para pemilih dalam pemilu.

Pentingnya Komunikasi Visual dalam Pemilihan Umum.
Tujuan dari Kampanye ini tentu saja untuk mempromosikan diri. Dengan demikian para pemilih bisa mengenal para pelaku politik yang mencalonkan diri. Selain itu kampanye juga bisa menjadi media untuk menyampaikan segala sesuatu yang bisa memenangkan hati para pemilih. Dengan memenangkan hati para pemilih, pada akhirnya para Pencalon dapat memaksimalkan perolehan suara dan dapat memenangkan pemilu. Karena itu Kampanye jelas adalah sesuatu yang penting dalam pemilu.
Telah dijelaskan komunikasi visual yang digunakan oleh pasangan Anies-Sandi dalam Pilgub Jakarta tahun 2017 berdampak sangat besar bagi mereka. Walau secara tidak langsung, media media yang mereka gunakan telah memenangkan mereka dalam pemilihan tersebut. Media media tersebut telah membantu pasangan itu memperoleh popularitas dan memenangkan hati 58% masyarakat Jakarta, hingga akhirnya memilih mereka. Terlepas dari beberapa faktor lain yang juga berpengaruh, kita tidak bisa menutup fakta, bahwa Komunikasi Visual ikul andil dalam pemenangan paslon nomor urut 3 tersebut. Sandiaga Uno yang hanyalah seorang pengusaha tiba tiba saja dapat memikat warga Jakarta, sehingga warga mengamanahkan Jakarta dalam tampuk kepemimpinannya bersama Anies Baswedan. Itulah kenapa Komunikasi, secara khusus komunikasi Visual sangat penting bagi  bagi pemilih demi memenangkan pemilihan umum.
Ada pepatah yang mengatakan “A Picture is worth a thousand words”. Satu gambar bisa bermakna seribu kata bagi orang yang melihatnya. Begitulah magisnya sebuah gambar, sebuah media komunikasi visual. Minat baca orang Indonesia sangat rendah. Mereka lebih senang melihat gambar daripada membaca.  Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Karena itu cara seperti membuat buku atau menulis profil dikoran kiranya bukan lagi langkah yang bijak. Cara terbaik adalah memasang komunikasi visual lain seperti Poster, Spanduk, Baliho, atau Iklan di TV dan You Tube, dengan sedikit kata kata, namun dengan satu gambar yang bermakna seribu kata.
Komunikasi Visual dalam pemilihan umum tidak hanya bermanfaat bagi para pencalon, tetapi juga bagi masyarakat yang akan memilih. Kita tahu jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki hak suara selalu tak pernah sama dengan jumlah masyarakat yang datang ke Tempat Pemilihan Suara (TPS) untuk menentukan pilihan. Apakah itu karena sikap apatis masyarakat, ketidakmampuan Pencalon dalam meyakinkan pemilih bisa jadi adalah salah satu alasan kenapa banyak masyarakat memutuskan menjadi Golongan Putih (Golput). Bisa juga karena masyarakat tidak 

Daftar Pustaka 

Nurudi. Ilmu Komunikasi, ilmiah dan Populer. Jakarta: Rajawali Pers.
Cangara, Hafield. Komunikasi Politik. Jakarta: Rajawali Pers
Gewati, Mikhael. 2016 Minat Baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia. (online), (http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan.ke-60.dunia, diakses pada 7 januari 2018)

 Wikipedia.Komunikasi Visual. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_visual, diakses pada 6 januari 2018)

KBBI Online. Arti kata Visual. (online), (https://kbbi.web.id/visual, diakses pada 4 Januari 2018)
KBBI Online. Arti kata Komunikasi. (online), (https://kbbi.web.id/visual, diakses pada 4 Januari 2018)




[1] Nurudi, Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. ke 1, hlm. 9.
[2] Prof. Hafied Cangara, M.Sc., Ph.D., Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016, cet. Ke 5, hlm.13.
[3] Prof. Hafied Cangara, M.Sc., Ph.D., Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016, cet. Ke 5, hlm.12.
[4] Prof. Hafied Cangara, M.Sc., Ph.D., Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016, cet. Ke 5, hlm.239.
[5] Ibid.


EmoticonEmoticon

Popular all of Time